Minggu, 04 Januari 2015

Cerita Cita-Cita

"Apa cita-cita kamu ketika sudah besar nanti? mau jadi apa?"

Pertanyaan klasik yang kita terima ketika kita masih kecil dan sekarang kita berikan lagi kepada anak-anak kecil. Termasuk ketika saya dan teman-teman Wanderers berkunjung ke Pulau Sebesi, sebuah pulau di kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Ya, saya menghabiskan pergantian tahun baru bersama teman-teman dari Wanderlust.. Tidak hanya traveling, tapi kami juga memberikan sesuatu kembali ke daerah tujuan traveling. Sebuah pengalaman yang benar-benar baru bagi saya, ceritanya akan saya tulis terpisah ya. :D

Malam itu ada sekitar 20-an anak berusia SD-SMA, tapi mayoritas memang masih usia SD sih. Muka polos dan ceria, di mana masalah terberat mereka mungkin hanya seputar PR Matematika. Jawaban yang diberikan tidak terlalu bervariasi. Mereka mau jadi guru, pegawai bank, pemain bola, setidaknya itu yang saya tahu dari anak-anak di kelompok saya. Tidak banyak profesi yang mereka ketahui. Ketika ditanya "tau arsitek ga adik-adik?" beberapa dari mereka menggelengkan kepala. Hal ini membuat saya tiba-tiba berpikir kembali tentang cita-cita saya dulu. Seberapa banyak sih profesi yang kita tau ketika kita kecil? Ingat sebuah iklan susu jaman dulu dengan jargon iklan populer "aku ingin jadi presiden"? Kalau sekarang saya pikir lagi, Yakalii...jadi presiden, ngurus diri sendiri aja pusing apalagi ngurus negara? hihhhh...!


Cita-cita saya ketika masih kecil cukup sederhana tapi mulia. #ahsek Jadi guru yang nantinya bisa bikin sekolah untuk anak-anak yang kurang mampu. Tapi fokusnya ya jadi guru dulu. Setiap ditanya "Bon mau jadi apa kalau sudah besar?", saya akan menjawab guru dengan mantap. Entah umur berapa cita-cita itu menguap. Ternyata tanggung jawab menjadi guru sangat berat. Selain harus mengajar ilmu pengetahuan, ilmu akhlak pun juga termasuk. Guru SD sampai SMA adalah guru-guru yang akan kita ingat terus sepanjang masa. Guru yang baik, sabar, pintar, nyeleneh, galak(ini super paling pasti diingat sepanjang masa!), rese, nyebelin dan sebagainya. Memasuki usia SMP mulai bermunculan guru-guru killer alias nyebelin bin ditakutin. Pasti pernah dong mengumpat guru-guru yang kamu sebelin di masanya? Belum lagi sumpah menyumpah kalau si guru ternyata level killernya udah level tinggi banget. Dari situ perlahan cita-cita saya menjadi guru pun luntur. Alasannya? Ga mau disumpahin murid-murid saya nantinya. Karena sekalipun kita sudah jadi guru yang baik pun, belum tentu cara mengajarnya enak dan mudah dimengerti. Pasti ada aja kan yang kurang di mata murid? No no. Saya mundur teratur jadi guru.

Memasuki usia SMA, ga punya cita-cita. Ga ada satu profesi khusus yang ingin saya capai. Sampai akhirnya saya sering mendengar radio. Prambors dan MTV on Sky. 24 jam 7 hari kecuali pas lagi jam belajar di sekolah, saya pasti dengerin radio. Mendengar celotehan penyiar radio rasanya menyenangkan! Sepertinya mereka yang bisa memahami mood pendengar pada saat itu. Saya terobsesi ingin jadi penyiar radio! Sempat ingin bikin radio sekolah pas jaman SMA, tapi yaaaa ga kesampean juga kan.

Cita-cita ini terwujud ketika saya kuliah. Hampir dua tahun menjadi penyiar radio plus music director di sebuah radio indie taraf Jatinangor bernama LP Radio, merupakan salah satu prestasi dan ga akan saya lupakan sepanjang hidup saya. Saking cintanya dengan radio, saya sering menghabiskan hari saya di studio. Rumah kedua saya bukan kamar kosan, tapi studio siaran. Di awal training jadi penyiar, anak baru selalu dapet jadwal siaran tengah malam. Jam 11 sampai jam 1. Belum lagi kalau mengoperasikan mesin operatornya kurang smooth atau siaran kami masih jelek, pas lagu sedang diputar tiba-tiba si empu radio masuk ruang siaran terus marah-marah deh. Pas saya jadi music director, saya bisa marah balik ke penyiar kalau playlist yang sudah saya siapkan ga diputerin semua. haha Saking cintanya sama siaran, siapapun yang berhalangan siaran, saya dengan senang hati menggantikannya. Program apa pun. Ga peduli pagi, siang, sore, malem. Melihat mesin penerima sms menyala ketika siaran, menandakan ada sms masuk, terus isinya si pendengar merasa senang dengerin siaran saya tuh..duh.. senangnya ga terhingga. Puas! Belum lagi kalau ketemu temen atau orang lain yang bilang "Eh, semalem gw denger lo siaran loh!" itu rasanya seneeeenggg....banget! Meski yang dengerin cuma sebatas kawasan Jatinangor aja sih, But it was something big for me.

Membawakan acara dengan atau tanpa audience sudah pernah saya coba. Saya pernah menjadi MC untuk acara prom night ketika masih SMA, Tapi saya ternyata lebih nyaman cuap-cuap tanpa ada ratusan pasang mata yang ngeliatin saya ngomong. Emang lebih seneng ngomong sendiri kali ya? Eh tapi siaran tandem alias ada partnernya juga seru sih. Kalau bisa memang harus siaran dengan temen yang nyambung, biar tek-tok ngobrolnya jadi asik.

Cita-cita itu berhenti sampai situ saja, pas tingkat dua. Sempat ada keinginan untuk melebarkan sayap menjadi penyiar skala area Bandung, tapi saya harus bolak balik daftar, training, dan siaran di Bandung. Belum lagi kalau siarannya malam, jadwal siaran mendadak dan sebagainya. Saya ga siap menjalani kehidupan bolak balik Jatinangor-Bandung sesering itu dan yang pasti bakal mengganggu kuliah saya. Anak idealis. Maunya kuliah ga terganggu biar lulus tepat waktu and i did it. Kalau ditanya sekarang masih mau jadi penyiar atau engga, masih. Banget. Saya kangen ngoceh dibalik microphone di ruang siaran sambil milih-milih lagu favorit dan bisa membaginya ke orang lain yang bahkan kita ga kenal dan ga tau mereka lagi ngapain.

Cita-cita lain saya pas SMA yaitu jadi wartawan atau jurnalis. Kala itu lagi seneng-senengnya nulis dan baca. Melihat tulisan-tulisan jurnalis di koran, majalah terus ada juga yang melaporkan kejadian tertentu di televisi membuat saya kagum. Cool banget ya jadi wartawan! Ini lah alasan utama saya memilih kuliah di Fakultas Ilmu Komunikasi. Ingin jadi Jurnalis handal. Masuk semester 2 kami dapat mata kuliah pengantar ilmu hubungan masyarakat, ilmu jurnalistik, dan ilmu manajemen komunikasi. Semua ini adalah jurusan-jurusan yang bisa dipilih di kampus saya. Perlahan niat saya jadi jurnalis luntur. Belum lagi denger ospek jurusan jurnalistik yang keras dan sulit plus mata kuliahnya yang ga santai, haluan saya berpindah ke jurusan manajemen komunikasi dan saya ga pernah menyesali keputusan saya ini.

Cita-cita saya sekarang sih keliling dunia. Ini bukan profesi sih ya. Tapi sesuatu yang bisa bikin saya merasa bahagia. Bukankah cita-cita harusnya sesuatu yang bikin kita merasa bahagia dan enjoy menjalaninya? Menginjakkan kaki sebanyak mungkin di tempat baru, melihat ciptaan Tuhan lainnya di belahan dunia yang lain bisa membuat saya merasa bahagia.

Mau jadi apa? Kalau itu ditanyakan kan saya sekarang, jawaban saya "mau jadi orang kaya. Biar bisa keliling dunia ga pake mikir mesti beli tiket murah, tidur dimana, naik apa buat pindah kota, bisa belanja dan bawain oleh-oleh apa. dan lainnya." :D

Jadi, apa cita-citamu? Anyway, Selamat tahun baru 2015!

Kecups,


Sonya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar