Jumat, 19 Desember 2014

Trip Resolusi (1) : Makassar, Apa Kareba?

Januari 2013.

Resolusi tahun baru 2013. Menantang diri sendiri dengan pergi traveling sendirian. Apa bisa? Harus bisa! Kala itu saya termasuk orang yang takut dengan orang asing atau tak dikenal. Sebenarnya pribadi saya sangat supel, namun untuk hal-hal tertentu saya cendering menutup diri. Takut. Terlalu banyak berpikir yang harusnya ga usah dipikirin. Karena itu, saya ingin mencoba berpergian sendiri meski sebelumnya sudah pernah dan tanpa persiapan. Saya memilih tanah Sulawesi sebagai destinasi. Selain ingin mengenal sisi lain Indonesia, toh komunikasi akan lebih mudah jika kita berbahasa sama kan?

Waktu diatur, tiket dipesan. The perks of being anak papa. Kali ini ga usah pusing sama masalah tiket pesawat. *nyengir* Rencana trip 18 Januari - 23 Januari 2013. Tujuan semula Jakarta-Manado-Makassar-Jakarta. H-3 menjelang keberangkatan, sms dari maskapai penerbangan mengabarkan kalau penerbangan ke Manado di cancel. Yah.. Oke, gimana kalau ke Toraja terus ke Tanjung Bira? seru kali ya? Pas sampai di bandara Soetta, mas-mas check in counternya bilang, "Mba, ini penerbangan ke Manadonya ada loh. Bagasinya mau diterusin ke Manado atau stop di Makassar?". Bimbang sejenak. Mmmm..mmm... "Makassar aja deh, Mas. ga usah ke Manado.." *Dadah2 say goodbye ke Bunaken*
Itinerary ke-2 yang dibikin sendiri. Di riset sendiri, Kalau bikin itinerary sebisa mungkin harus detail, kak!
Landing di Bandara Sultan Hasanuddin langsung nyari si Papa. Kebetulan Beliau lagi tugas di sana. Rejeki anak soleh. Alhamdulillah... Titip tas bawaan biar di bawa ke hotel, si Papa terbang dulu ke kota lain. Saya berencana ke Taman Nasional Bantimurung. Detailnya lihat di atas ya. hihi Engga semua itinerary saya bikin detail dan saya update setelah perjalanan. Tapi itinerary penting untuk jadi panduan agenda, setidaknya kita tahu apa yang mau dilakukan selama trip tersebut.

Ada apa nih di Air Terjun Bantimurung?
Turun dari angkot, celingukan. Oke sepertinya harus beli tiket masuk dulu. Ada orang lokal yang mendekat. Duh males deh. Eh ga boleh Sonya. Coba senyum, coba... Orang lokal itu bernama mas Arif,

"Saya bukan guide. Saya gapapa kok nemenin mbak muter-muter didalam. Nanti mbak kasih (uang) ke saya seikhlasnya aja." 

Mikir. Kan mau trip low budget. Ini aja ampe nolak dianter ke Bantimurung, maunya berpetualang sendiri naik angkot. Ah yasudahlah Sonya. Ini dibantu loh sama Tuhan. Masih insecure juga? Saya pun mengiyakan tawaran mas Arif. Orangnya baik, saya dibawa ke beberapa spot yang oke. Lumayan kan ada yang fotoin. :D

Say Hi to mas Arif! Bang kali yee harusnya..
Ahsyek!!
Jalan menuju gua
Sewaktu saya datang, kebetulan hari Jumat dan habis hujan. Jadi tidak terlalu ramai tapi jadinya licin kan jalanannya. Kata Bang Arif, kalau ke Bantimurung ketika musim panas air di danau akan berwarna kehijauan, ga coklat butek seperti saat itu. Kemudian kupu-kupu juga banyak yang keluar. Warna warni. Musim panas sekitar April-Juli. Bang Arif mengajak saya ke Gua Batu. Gua Batu ini menyajikan stalagtit dan stalagmit serta keindahan ornamen gua lainnya. Guanya gelap banget. Tanpa pencahayaan sama sekali. Harus sewa senter untuk masuk ke dalam. Ntah kenapa ada perasaan takut untuk masuk. Tiba-tiba sesak. Takut gelap yang pekat banget sepertinya.

"Mba Sonya, nanti didalam hati-hati ya. Licin. Tapi ada mitos, barang siapa yang terjatuh atau terpeleset di gua batu, maka akan segera bertemu jodohnya."

(((SEGERA BERTEMU JODOH))) *keleeussss*

"Hah? Hah? Gimana tuh konsepnya? saya pegangan aja deh bang. males jatoh-jatoh."

ala-ala sis?
Katanya itu ornamen mirip belalai gajah yg menjuntai (?)
Cuci muka dari sumber air disini. Katanya biar awet muda. Cihiy!
Dan...saya pun ga terjatuh di dalam gua batu. Alhamdulillah kak!! Sebenarnya ada gua lain, yaitu Gua Mimpi. Tapi letaknya lebih ke atas. Males yaa naiknya ya.. Hujan juga kan.. Konon Stalagtit dan stalagmit disana lebih cantik seperti bisa bersinar kayak kristal.
Butterfly! Mentega terbang! *ditoyor*
Danau yang warna asli airnya kehijauan. Karena hujan heboh, banjir, rusak deh pagarnya.
Can you see this is a mosque?
Penangkaran kupu-kupu
Seselesai dari Bantimurung, Saya menuju Makassar kota naik pete-pete. Perlu ganti beberapa kali sih. Emang tau? Engga! Modal nekat aja bilang ke abang-abangnya mau ke Sentral. Di tengah jalan, ada abang-abang potongan tentara naik pete-pete. Si Abang ini mulai sok ikrib ngajak ngobrol. Nah yg kayak gini-gini kan. Males kan. Senyum Sonya, Senyum! Lagi di tanah orang. Bukan tanah Jawa. Dia cerita ngalor ngidul, Saya? Senyum sambil sibuk main ponsel. Typical. Ujung-ujungnya minta nomor handphone doooonggg... soalnya dia ala-ala paspampres yang akan tugas ke Jakarta. Bang, udah deh Abang ngawal Presiden aja. Saya ga usah dikawal. #keleuss Kasih ga nomor ponselnya? Kasih.. tapi yang udah ga aktif. hihi ya abess gimana dong kaaak?

Sampai di Sentral, saya salah naik pete-pete yang menuju hotel tempat papa menginap. Turun dari pete-pete nyengir sendiri, terus bergumam "ehehehe... gue nyasar...". Momen ini yang membuat saya mau ga mau ngeluarin google maps dan belajar baca peta. Selama ini selalu making an excuse 'Perempuan kan ga bisa baca peta!'. Pelajaran yang terlihat sepele tapi bermanfaat.

Sore menjelang malam saya bertemu dengan Boboy, senior ketika kuliah dulu. Namanya Fitri, tapi nama panggilannya Boboy. Dia memang asli orang Makasar dan sekarang tinggal di Makasar. Saat itu dia sedang merencanakan pernikahannya. Rasanya seru banget, sudah bertahun-tahun tidak bertemu, sekalinya bertemu malah di luar pulau Jawa.

Si calon manten. ;)
Ah iya... Esok malamnya saya berencana berangkat ke Toraja. Harusnya pergi ke agen bus untuk beli tiket Bus. Lagi-lagi the perks of being anak papa. Titip orang hotel yang beliin. ahiw!! Kebetulan malam itu saya ga enak badan. Papa sempat khawatir apa saya sanggup melanjutkan perjalanan, tapi saya kekeuh trip ini harus berjalan sesuai rencana.
Naik bus ini kalau mau ke Toraja. udah enak banget kak!
Keesokan paginya saya sudah merasa lebih baik tapi...di luar hujan, Maka bubar lah rencana saya hari itu. Engga jadi ke Fort Rotterdam dan sekitar. Terus ngapain? Nongkrong di McD sendirian sampai sore. Hari itu si Papa sudah kembali ke Jakarta. Hari beranjak sore, saya pun berjalan kaki menuju Pantai Losari. Pengen foto di depan Pantai Losari biar sah, pengen makan pisang epe juga biar sah. Sewaktu saya masih bayi, orang tua saya sempat tinggal di Makasar. Mama sering cerita sewaktu bayi suka diajak jalan-jalan sore di Pantai Losari. Mana saya inget kan ya?

Udah sah?? Udahhhhh.......!
Cerita selanjutnya bersambung ke petualangan saya di Toraja. See ya!

Kecups,


Sonya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar