Jumat, 19 Desember 2014

Trip Resolusi (2) : Melihat tengkorak di Tana Toraja


Ready agogo digo!
Pukul 9 kurang saya sudah duduk manis di terminal perwakilan Bus Litha & Co. Tempatnya besar banget. Tiap-tiap peron terpampang tujuan busnya kemana. Kalau kurang yakin, bisa bertanya ke orang sekitar. Susunan kursi busnya 2-1. Saya memilih yang sendiri. Biar bisa tidur nyenyak. Waktu keberangkatan jam 21.30 dengan estimasi sampai di Rantepao jam 6 pagi. Bus berangkat tepat waktu. Kursinya nyaman banget. Ini kali pertama saya naik bus malam. Minum antimo, selimutan, saya tertidur pulas ga ingat apa-apa sampai keesokan paginya. :D
Nyamannya melebihi bus Primajasa Jakarta-Cileunyi *yaiyalah*
Jam 6 pagi saya tiba di Rantepao. Turun bus ada beberapa mamang-mamang ojek yang menawarkan jasa. Saya menggelengkan kepala. Sibuk buka google maps mencari Wisma Maria, tempat untuk menitipkan tas seharian karena saya akan kembali ke Makasar malam itu juga. Kesan pertama saya tentang Toraja? Damai. Mungkin karena pagi hari dan Minggu pula, jadi belum banyak aktifitas. Tapi melihat Bangunan dengan lambang salib dimana-mana, suara dari gereja, malah membuat saya merasa tentram. Ini Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika. Saya tidak berhenti tersenyum dan bersyukur sambil berjalan menuju Wisma Maria.

Selamat Datang di Rantepao!
Ada tukang ojek yang terus mengikuti saya. Tenang Sonya tenang.. Senyum. Tukang ojek ini menawarkan jasa untuk menemani seharian, membawa ke tempat wisata. Hmmm... daripada repot lagi kan. Toh saya cuma sendiri, nyetir motor juga ga bisa. Alternatifnya ya sewa ojek. Namanya Bang Edi. Kala itu tarifnya masih 175rb, tapi baru-baru ini teman saya menggunakan jasa dia dikenakan tarif 250rb. 

Saya lupa berapa harga Wisma Maria. Saya ingat sempat nego karena saya tidak menginap. Hanya singgah sampai malam hari saja. Tadinya ga dikasih. Kemudian saya diantar ke kamar dengan Oma-oma. Oma-oma ini bilang "Kamu bayar sekian saja. kan ga menginap." Huraaay! Saya beristirahat sebentar. Bang Edi akan menjemput jam 10. 

And the adventure begin....

Lagi-lagi ini pengalaman pertama saya off-road menggunakan motor. FYI, untuk beberapa tempat wisata jalanannya menanjak, belum lagi jalanannya ga rata kan. Deg-deg ser loh naik motor dengan kondisi jalanan seperti itu. Sibuk komat kamit berdoa tapi juga lihat pemandangan sepanjang perjalanan. Tana Toraja sungguh cantik. Subhanallah... Hamparan sawah yang hijau, langit biru jernih yang dihiasi awan. Ya Allah, Alhamdulillah..terima kasih!!




1. Ke'te Kesu
Tau rumah tongkonan dong ya? Di kawasan ini kita bisa melihat Tongkonan yang asli. Menurut cerita Bang Edi, biasanya perayaan atau penguburan diadakan disini. Biasanya ketika ada festival atau perayaan penguburan tetua bisa sangat ramai, turis pun boleh liat loh prosesinya. Konon untuk tetua-tetua tertentu, mayatnya bisa jalan sendiri ke kuburannya. bok.... Bang Edi juga bercerita, prosesi pemakaman dalam adat Toraja memakan biaya yang sangat mahal bahkan lebih mahal daripada pesta pernikahan. Ada kerbau-kerbau tertentu yang harus dikorbankan dan harganya mahal sekali. Belum lagi biaya membuat Tau Tau atau boneka kayu yang mirip sekali dengan si tetua yang sudah meninggal tersebut. Tidak heran yang bisa mengadakan pesta adat seperti ini hanya orang tertentu atau mereka harus menunggu selama bertahun-tahun untuk menguburkan tetuanya sembari menunggu uang terkumpul agar dapat mengadakan pesta adat. Rumit tapi unik ya?

Tongkonan!

Tanduk kerbau yang dikorbankan akan ditaruh di bagian depan rumah tongkonan
Tau tau dibuat semirip dan sedetail mungkin.
Tulang belulang yang disimpan di peti usang. #rhyme


2. Londa
Ini merupakan pemakaman yang terletak di bebatuan curam. Ada juga mayat yang dimakamkan di atas tebing. Gimana cara naronya? Pake helikopter kakshay.. jangan sedih. Kalau kata Bang Edi sih gitu, Kebayang ga orang jaman dulu kalau ngubur di atas tebing gimana bawanya? 
Bisa masuk ke dalam dan bayar untuk senter kalau tidak salah

Mister, pijet mister? pijet?
Itu tebing yang digunakan untuk mengubur mayat. Tinggi kan?
Liat lubang-lubang di tebing? Yes, disanalah tempat disemayamkan para mayatnya.
3. Lemo
Nah.. yang ini mayatnya juga dikubur didalam batu. Susunannya lebih teratur. Mengingatkan pada rumah karya Antoni Gaudi di Barcelona ga sih? #keleusss
Beautiful, isn't it?
Pintu-pintu kotak itu isinya mayat kaak!
Eh haai!!!!
4. Batu Tumonga
Setelah makan siang dan memesan tiket pulang(penting banget beli tiket pulang, karena suka kehabisan kalau telat belinya!), kami menuju destinasi terakhir. Batu Tumonga. Letaknya berlawanan arah dengan destinasi-destinasi sebelumnya. Di perjalanan saya melihat rumah bagus di tengah sawah, berjejer, banyak. Katanya sih punya salah satu pejabat daerah disitu. Belum juga sampai Batu Tumonga eh hujaaan!! berteduh dulu, sambil mengipasi kaki saya yang lecet. Bang Edi sampai kasihan lihat kaki kanan dan kiri saya lecet mengelupas. Salah saya sendal jepitnya ketinggalan dan tidak membawa sepatu keds. *nyengir*

Di kawasan ini ada sekitar 56 batu menhir dalam satu lingkaran dengan 4 pohon di bagian tengah. Rata-rata batu menhir ini memiliki ketinggian sekitar 2-3 meter. Anyway, ada yang masih inget batu menhir itu apa? *brb buka buku pelajaran sejarah jaman sekolah*



Sore hari saya kembali ke Wisma Maria untuk mandi dan beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Makasar. Jam 8 malam saya meninggalkan Wisma Maria. Masih teringat keramahan oma-oma itu "Kembali lagi ke sini ya.. untuk lihat festival upacara adat!". Semoga di masa depan ada waktu dan rejeki untuk liat upacara adat. :)

Okay then!
Berikutnya akan bercerita petualangan saya ke Tanjung Bira yang tidak kalah seru! See ya!

Kecups,


Sonya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar